Sholat Idul Fitri

Salat Id adalah ibadah salat sunah yang dilakukan setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Salat Id termasuk dalam salat sunah muakkad, artinya salat ini walaupun bersifat sunah namun sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.

Waktu salat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunahnya sama seperti salat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunah sebagai berikut :

  • Berjamaah
  • Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
  • Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
  • Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
  • Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua. Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua.
  • Imam menyaringkan bacaannya.
  • Khutbah dua kali setelah salat sebagaimana khutbah jum’at
  • Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum – hukum Qurban.
  • Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
  • Makan terlebih dahulu pada salat Idul Fitri pada Salat Idul Adha sebaliknya.

  • Diriwayatkan dari Abu Said, ia berkata : Adalah Nabi SAW. pada hari raya idul fitri dan idul adha keluar ke mushalla (padang untuk salat), maka pertama yang beliau kerjakan adalah salat, kemudian setelah selesai beliau berdiri menghadap kepada manusia sedang manusia masih duduk tertib pada shaf mereka, lalu beliau memberi nasihat dan wasiat (khutbah) apabila beliau hendak mengutus tentara atau ingin memerintahkan sesuatu yang telah beliau putuskan,beliau perintahkan setelah selesai beliau pergi.(H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
  • Telah berkata Jaabir ra: Saya menyaksikan salat Id bersama Nabi saw. beliau memulai salat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertaqwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka. (H.R : Muslim)
  • Diriwayatkan dari Ummu 'Atiyah ra. ia berkata : Rasulullah SAW. memerintahkan kami keluar pada 'idul fitri dan 'idul adhha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan diri dari mushalla tempat salat Id, mereka menyaksikan kebaikan dan mendengarkan da'wah kaum muslimin (mendengarkankhutbah). Saya berkata : Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Beliau bersabda : Supaya saudaranya meminjamkan kepadanya dari jilbabnya. (H.R : Jama'ah)
  • Diriwayatkan dariAnas bin Malik ra. ia berkata : Adalah Nabi SAW. Tidak berangkat menuju mushalla kecuali beliau memakan beberapa biji kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah bilangan ganjil. (H.R : Al-Bukhary dan Muslim)
  • Diriwayatkan dari Zaid bin Arqom ra. ia berkata : Nabi SAW. Mendirikan salat Id, kemudian beliau memberikan ruhkshah / kemudahan dalam menunaikan salat Jumat, kemudian beliau bersabda : Barang siapa yang mau salat jumat, maka kerjakanlah.(H.R : Imam yang lima kecuali At-Tirmidzi)
  • Diriwayatkan dari Amru bin Syu'aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW. bertakbir pada salat Id dua belas kali takbir. dalam raka'at pertama tujuh kali takbir dan pada raka'at yang kedua lima kali takbir dan tidak salat sunnahsebelumnya dan juga sesudahnya. (H.R : Amad dan Ibnu Majah)
  • Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud ra. bertakbir pada hari-hari tasyriq dengan lafadz sbb (artinya) : Allah maha besar, Allah maha besar, tidak ada Illah melainkan Allah dan Allah maha besar, Allah maha besar dan bagiNya segala puji. (H.R Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih)
  • Diriwayatkan dari Abi Umair bin Anas, diriwayatkan dari seorang pamannya dari golongan Anshar, ia berkata : Mereka berkata : Karena tertutup awan maka tidak terlihat oleh kami hilal syawal, maka pada pagi harinya kami masih tetap shaum, kemudian datanglah satu kafilah berkendaraan di akhir siang, mereka bersaksi dihadapan Rasulullah saw.bahwa mereka kemarin melihat hilal. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan semua manusia (ummat Islam) agar berbuka pada hari itu dan keluar menunaikan salat Id pada hari esoknya. (H.R : Lima kecuali At-Tirmidzi)
  • Diriwayatkan dari Azzuhri, ia berkata : Adalah manusia (para sahabat) bertakbir pada hari raya ketika mereka keluar dari rumah-rumah mereka menuju tempat salat Id sampai mereka tiba di musala (tempat salat Id) dan terus bertakbir sampai imam datang, apabila imam telah datang, mereka diam dan apabila imam ber takbir maka merekapun ikut bertakbir. (H.R: Ibnu Abi Syaibah)
1.   Hukum Shalat Hari Raya
Shalat hari raya adalah wajib atas kaum laki-laki dan perempuan, karena selalu mengerjakannya dan menyuruh kaum perempuan keluar agar mengerjakannya.
Dari Ummi ‘Athiyah r.a. bertutur, "Kami diperintah (oleh Nabi) untuk membawa keluar anak perempuan yang sudah baligh dan anak perempuan yang masih perawan (pada hari raya puasa dan haji)." (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari II: 463 no: 974, Muslim II: 605 no: 890, ‘Aunul Ma'bud III: 487 no: 1124, Tirmidzi II: 25 no: 537, Ibnu Majah I: 414 no: 1307, dan Nasa'i III: 180).
Dari Hafsah binti Sirin, ia bercerita, "Kami pernah melarang anak-anak perawan kami keluar (ke tanah lapang) pada hari raya, kemudian datanglah seorang perempuan, lalu singgah di istana Bani Khalaf  Kemudian aku datang kepadanya, lalu ia bercerita, bahwa suami saudara perempuannya ikut perang bersama Rasulullah sebanyak dua belas kali. Sedangkan saudara perempuan itu ikut perang bersama Rasulullah saw.  sebanyak enam kali, lalu ia berkata, Kami (kaum wanita) mengurus pasukan yang sakit dan mengobati prajurit yang terluka, kemudian bertutur, "Ya Rasulullah, salah seorang diantara kami tidak punya jilbab lalu apakah ia berdosa manakala tidak hadir?" Maka Rasulullah menjawab, "Hendaklah rekannya sesama perempuan memberi pinjaman jilbabnya kepadanya kemudian hadirlah (ke tanah lapang) mendengar kebajikan dan dakwah yang ditujukan kepada orang-orang mukmin," (Muttafaqun ‘alaih: al-Misykah no: 1431 dan Fathul Bari II : 469 no: 980). 
2.   Waktu Shalat 'Id
Dari Yazid bin Khumair ar-Rahabi, berkata: Telah keluar Abdul Busr, seorang sahabat Rasulullah dengan orang-orang pada hari raya idul atau adha, kemudian ia menyayangkan keterlambatan sang imam maka Abdullah menegaskan, "Sesungguhnya kami telah meluangkan waktu kami ini, yaitu dikala bertasbih" (Shahih: Shahih Abu Daud no: 1005, ‘Aunul Ma'bud III: 486 1124 dan Ibnu Majah 1:418 no: 1317).
Yang dimaksud "Ketika matahari mulai meninggi" ialah ketika matahari mulai tinggi dan waktu terlarang sudah dan waktu melaksanakan shalat sudah tiba. Periksa ulang ‘Aunul Ma'bud III:486. 
3.   Pergi Ke Tanah Lapang
Dari hadits-hadits di atas kita dapat memahami, bahwa lokasi pelaksanaan shalat ‘id adalah tanah yang lapang, bukan di dalam masjid sebab, Nabi mengerjakan shalat ini di tanah lapang dan sunnah ini dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. 
4.   Apakah Perlu Dikumandangkan Adzan Dan Iqamah?
Dari Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdullah r.a. mereka berkata, "Tidak pernah dikumandangkan adzan baik pada hari raya fitri maupun pada hari raya adha." (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari II: 451 no: 960 dan Muslim II: 604 no: 886).
Dari Jabir (bin Abdullah) r.a.  bahwa tiada adzan untuk shalat hari raya fitri (dan hari raya adha) ketika khatib (belum) datang dan tidak (pula) sesudahnya, tiada (pula) iqamah, tiada (pula) seruan, tiada (pula) sesuatu apapun, pada hari itu tiada seruan adzan dan tiada (pula) iqamah." (Hadits ini bagian dari hadits Imam Muslim sebelumnya). 
5. Sifat Shalat ‘Id
Shalat hari raya terdiri atas dua raka'at, yang berisi dua belas kali takbir, tujuh kali pada raka'at pertama sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca ayat, dan lima kali takbir pada raka'at kedua sebelum membaca ayat. 
Dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dan kakeknya bahwa Rasulullah (biasa) takbir pada (shalat) dua hari raya tujuh kali pada raka'at pertama lima kali pada raka'at kedua." (Shahih: Shahih Ibnu Majah no : Misya'atul Mashabih no: 144 dan Ibnu Majah I: 407 no: 1279).
Dari Aisyah bahwa Rasulullah takbir pada shalat ‘idul fitri dan idul adha tujuh kali (pada raka'at pertama) dan lima (pada raka'at kedua), selain takbir untuk ruku' (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 639, Shahih Ibnu Majah no: 1058, Ibnu Majah I: 407 no: 1280 clan ‘Aunul Ma'bud IV: 6-7 no: 1l38 dan 37). 
6.   Surah Yang Dibaca Pada Shalat Hari Raya
"Dari an-Nu'man bin Basyir r.a. bahwa Rasulullah saw. biasa membaca pada dua hari raya dan pada Jum'at SABBIHIS MA RABBIKAL A'LAA dan HAL ATAAKA HADITSUL GHASYIAH." (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 644, Shahih Ibnu Majah no: 1281, Muslim II: 598 no: 878, ‘Aunul Ma'bud III 472 no 1109, Tirmidzi II 22 no 531, Nasa'i. III 184 dan Ibnu Majah I : 408 no 1281 tanpa lafadz WA FIL JUMU'ATI).
Dari Ubaidillah bin Abdullah, ia berkata: Pada hari raya Umar pergi (ke tanah lapang), lalu bertanya kepada Abu Waqid al-Laitsi, "Pada hari raya seperti ini Nabi membaca surah apa? "Jawabnya, "Surah Qaaf dan surah Iqtarabat."(Shahih: Irwa-ul Ghalil III: 118, Ibnu Majah no: 106, Muslim II: 607 no: ‘Aunul Ma'bud IV: 15 no: 1142, Trimidzi II: 23 no: 532, Nasa'i III: 183 lbnu Majah I: 407 no: 1282). 
7. Khutbah Setelah Shalat
Dari Ibnu Abbas r.a. bercerita, "Aku menghadiri shalat ‘id bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semuanya shalat sebelum Khutbah." (Muttafaqun Alaih: Fathul Bad II: 453 no: 962 dan Muslim II: no: 884). 
8. Shalat Sunnah Sebelum Dan Sesudah Shalat Hari Raya
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi shalat dua raka'at pada hari raya, beliau tidak pernah shalat sebelumnya dan tidak (pula) sesudahnya. (Muttafaqun ‘alaih: fathul Bari II: 453 no: 964, Muslim II: 606 no: 884 dan Nasa'i III: 193). 
9.   Beberapa Amalan Sunnah Yang Dianjurkan Pada Hari Raya
a. Mandi Sekujur Tubuh
Dari Ali r.a. bahwa ia pernah ditanya perihal mandi, maka dia menjawab, "Yaitu pada hari   Jum'at, hari ‘Arafah, hari raya, dan hari raya Idul Adha."(HR. Baihaqi).
b.Menggunakan pakaian terbaik
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah menggunakan kain ganggang Yaman pada hari raya," (Sanadnya jayyid Ash-shabihah no: 1279 dan Al-haitsami dalam Majma'uz Zawa-id II: 201 berkata "Diriwayatkan Thabrani dalam kitab al-Ausath dengan perawi-perawi yang tsiqah.")
c. Makan sebelum berangkat pada hari raya puasa
Dari Anas r.a. berkata, "Adalah Rasulullah tidak berangkat (ke tanah lapang) pada idul fitri sehingga makan beberapa buah kurma." (Shahil Shahih Tirmidzi no: 448, Fathul Bari II: 446 no: 953 dan Tirmidzi II: 27 no: 541)
d. Menangguhkan sarapan pagi pada hari ‘idul adha hingga sarapan pagi dengan daging qurbannya.
Dari Abu Buraidah bahwa Rasulullah tidak berangkat (ke tanah lapang) pada hari idul fitri sebelum sarapan, dan tidak sarapan pada hari raya qurban hingga beliau menyembelih binatang qurbannya). (Shahih Shahih Tirmidzi 447, Ibnu Khuzaimah II: 341 no: 1426, Tirmidzi II:2 no: 540 dengan lafadz,"HATTAA YUSHALLIYA (=hingga beliau shalat). 
e. Melewati jalan lain
Dari Jabir  r.a. berkata, "Adalah Nabi saw. apabila hari raya, melewati jalan yang berbeda (antara pulang dan pergi)." (Shahih: Al Misykah no: 1434 dan Fathul Bari II: 472 no: 968).
Takbir pada dua hari raya Takbir pada hari idul fitri sebagaimana firman Allah, "Dan   hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu rnengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah: 185)
Adapun takbir pada hari raya qurban, didasarkan ayat Qur'an, "Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang." (Al-Baqarah: 203). Dan firman Allah, "Demikianlah Allah (telah menundukkan untuk kami supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu."(QS. Al-Hajj : 37). 
10. Waktu Takbir Pada Hari Raya Fitri Semenjak  Keluar Dari Rumah Sampai Shalat
Ibnu Abi Syaibah, "Telah bercerita kepada kami Yazid bin Harun dari Ibnu Abi Dzi'ib dan az-Zhuri bahwa Rasululiah keluar (dan rumahnya) pada hari raya idul fitri dengan takbir sampai tiba di tanah lapang dan hingga mengerjakan shalat, apabila beliau sudah shalat, beliau berhenti dan bertakbir." (Shahih Ash Shahihah no: 171 dan Nasa'i II: 164).
Syaikh al-Albani dalam irwa-ul Ghalil III : 123 mengetengah "Sanad ini shahih, secara mursal dan diriwayatkan lagi dan jalur yang lain dan Ibnu Umar secara marfu'. Imam Baihaqi III : 279 meriwayatkannya dan jalur Abdullah bin Umar dan Nafi dan Abdullah Umar ra, ia berkata:
Bahwa Rasulullah pernah pergi (ke tanah lapang) pada dua hari raya bersama al-Fadhl bin Abbas, Abdullah bin Abbas, Ali, Ja'far, Hasan, Husain, Usamah Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman ra dengan suara lantang mengucapkan kalimat tahlil dan takbir, beliau jalan kaki sampai tiba di tanah lapang apabila selesai, beliau kembali dengan jaian kaki (lagi) hingga tiba di rumahnya."
Saya (al-Albani) berkata, "Rawi-rawinya kepercayaan, rawi-rawi yang biasa dipakai Imam Muslim, terkecuali Abdullah bin Umar al-Umari al-Mukabbar yang dikatakan oleh Imam adz Dzahabi, ia Shaduq seorang yang jujur, namun hafalannya diragukan" Ath-Dzahabi dan Imam lainnya mengelompokkan Abdullah bin Umar al-Umari ke dalam kelompok perawi yang dipakai Imam Muslim. Jadi perawi seperti ini bisa dijadikan sebagai Syahid penguat yang baik bagi hadits mursal az-Zuhri. Maka, hadits ini menurut pemeriksaan saya, hadits di atas sanadnya shahih, baik yang mauquf, maupun yang marfu'. Wallahu A'lam. "Selesai. 
11. Waktu Takbir Pada Hari Raya Qurban Dimulai Sejak Shubuh Hari ‘Arafah Hhingga Ashar Akhir Hari-Hari Tasyrik
Kesimpulan di atas berasal dari riwayat yang shahih dari Ali, Ibnu abbas dan Ibnu Mas'ud ra. Adapun dari Ali diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaiban II: 165 melalui dua jalur sanad, salah satunya jayyid (bagus), dan yang jayyid ini Imam Baihaqi III: 314 meriwayatkan. Kemudian beliau meriwayatkan yang semakna melalui Ibnu Abbas dan sanadnya shahih. Imam Hakim I : 300 meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud dengan lafadz yang hampir sama. Periksa kembali kitab Irwa-ul Ghalil III:125.
Adapun Shighah takbir (Redaksi takbir) maka permasalahannya sangat fleksibel. Ada yang lafadz takbirnya genap, sebagaimana yang ditetapkan dalam riwayat berikut:
Dari Ibnu Mas‘ud bahwa ia bertakbir pada hari Tasyrik (dengan lafadz), ‘ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAH, ALLAAHU AKBAR, ALLAAHU AKBAR WA LILAAHIL HAMD."
Riwayat di atas dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah II: 167 dengan sanad Shahih. Tetapi, di tempat yang lain, ia menyebutkannya lagi dengan sanad itu juga, namun lafadz takbirya tiga kali. Demikian pula Imam Baihaqi III: 315 meriwayatkannya dari Yahya bin Sa'id dan al-Hakam Ibnu Farwah Abu Bakar dan Ikrimah dan Ibnu Abbas dengan lafadz takbir tiga kali, dan sanadnya shahih juga. (Irwa-ul Ghalil III: 125)
Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz,atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 311-319.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar